Adat Perkawinan Masyarakat Banyumas
Perkawinan di Banyumas masih menggunakan tradisi nenek moyang walaupun dengan perkembangan zaman, tradisi perkawinan di Banyumas sudah terakulturasi oleh budaya Surakarta dan budaya Jogyakarta. Ini adalah urut-urutan acara pernikahan di Banyumas :
1. Bleketepe
Pemasangan Bleketepe yang dilakukan oleh orang tua pengantin adalah merupakan awal pemasangan tarub. Bleketepe adalah daun kelapa yang masih hijau dan dianyam dengan ukuran rata-rata 50 cm x 200 cm. Bleketepe yang dipasang di Tarub dan mengelilingi area untuk pernikahan, merupakan perwujudan dari suatu tempat pensucian di kahyangan para dewa yang dinamakan Bale Katapi. Bale artinya tempat, Katapi dari kata tapi yang berarti membersihkan dan memilahkan kotoran-kotoran untuk kemudian dibuang
Dengan demikian pemasangan bleketepe dapat diartikan secara luas sebagai ajakan Bapak Ibu dan calon pengantin kepada semua orang yang terlibat di dalam upacara hajatan untuk berproses bersama mensucikan hati. Selain itu pemasangan Bleketepe juga dimaksudkan sebagai tolak Bala atau sebuah doa permohonan agar dari awal hinga akhir upacara perkawinan tersebut terhindar dari mara bahaya dan segala yang jahat. Baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Di dalam tarub ini selain Bleketepe dan Janur, kelengkapan-kelengkapan lain yang diadakan menyimbolkan sebuah harapan yang pada intinya membawa kebahagiaan dan kemuliaan khususnya pada pengantin berdua.
Dengan demikian pemasangan bleketepe dapat diartikan secara luas sebagai ajakan Bapak Ibu dan calon pengantin kepada semua orang yang terlibat di dalam upacara hajatan untuk berproses bersama mensucikan hati. Selain itu pemasangan Bleketepe juga dimaksudkan sebagai tolak Bala atau sebuah doa permohonan agar dari awal hinga akhir upacara perkawinan tersebut terhindar dari mara bahaya dan segala yang jahat. Baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Di dalam tarub ini selain Bleketepe dan Janur, kelengkapan-kelengkapan lain yang diadakan menyimbolkan sebuah harapan yang pada intinya membawa kebahagiaan dan kemuliaan khususnya pada pengantin berdua.
2. Gapuran / Gerbang Tarub
Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), Yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa. Gerbang Tarub adalah gerbang yang bakal dimasuki oleh pengantin berdua, menyimbolkan pula sebagai sebuah pintu untuk memasuki dunia baru, dunia hidup berumah tangga, yang tentu saja di dalamnya penuh dengan hal-hal baru, rintangan dan godaan yang kesemuanya perlu diatasi untuk menuju kemenangan dan kesucian.
3. Siraman
Kata Siraman berasal dari kata dasar “siram” (bahasa Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan upacara adat siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung simbol membersihkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk malaksanakan upacara siraman antara lain :
• Kembang setaman (kantil,kenanga,cempaka,mawar,mlati,menur,arum ndalu), daun-daun
• Lima macam konyoh panca warna atau penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang diberi pewarna.
• Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
• Kendi atau klenting.
• Tikar ukuran ½ meter persegi.
• Satu macam yuyu sekandang. Maksudnya kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning. Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan hanya tujuh orang yang boleh memandikan. Dalam bahasa Jawa tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa). Hal ini mengandung makna pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.
• Kembang setaman (kantil,kenanga,cempaka,mawar,mlati,menur,arum ndalu), daun-daun
• Lima macam konyoh panca warna atau penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang diberi pewarna.
• Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
• Kendi atau klenting.
• Tikar ukuran ½ meter persegi.
• Satu macam yuyu sekandang. Maksudnya kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning. Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan hanya tujuh orang yang boleh memandikan. Dalam bahasa Jawa tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa). Hal ini mengandung makna pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.
4. Ngerik
Ngerik artinya rambut-rambut kecil diwajah calon pengantin wanita dengan hati-hati dikerik oleh Wajahnya dirias dan rambutnya digelung sesuai dengan pola upacara perkawinan yang telah ditentukan. Sesudah selesai, penganten didandani dengan kebaya yang bagus yang telah disiapkan dan kain batik motif sidomukti dan sidoasih, melambangkan dia akan hidup makmur dan dihormati oleh sesama. Malam itu, ayah dan ibu calon mempelai putri memberikan suapan terakhir kepada putrinya, karena mulai besok, dia sudah berada dibawah tanggung jawab suaminya.
5. Midodareni
Pada upacara midodareni yang berlangsung dimalam hari sebelum Ijab dan Temu Manten/Panggih di keesokkan harinya, kedua orang tua calon mempelai pria beserta calon mempelai pria, diantar oleh keluarga dekatnya, berkunjung kerumah orang tua calon mempelai putri. Calon mempelai putri setelah dirias dikamar pelaminan, nampak cantik sekali bagai widodari, bidadari, dewi dari kahyangan. Sesuai kepercayaan kuno, malam itu mempelai putri ditemani oleh beberapa dewi cantik dari kahyangan. Malam itu dia harus tinggal dikamar dan tidak boleh tidur dari jam 6/enam sore sampai tengah malam.Beberapa ibu sepuh menemani dan memberikan nasihat-nasihat berharga.Keluarga calon mempelai pria yang wanita, yang datang dimalam midodareni, boleh menengok calon mempelai wanita yang sudah didandani cantik, siap untuk nikah esok harinya.Sesuai adat, dikamar pelaminan ada sesaji khusus untuk upacara midodareni, ada sebelas macam makanan dan barang; selain itu ada 7/tujuh macam barang yang lain.
6. Ijab Qobul
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ini disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan.
7. Begalan
Begalan yaitu tradisi yang berasal dari Banyumas, tradisi ini seperti tari-tarian dan tradisi ini bertujuan untuk memberi penjelasan urut-urutan pernikahan. Begalan ini di lakukan di halaman pengan perempuan dimana rombongan pengantin laki-laki masuk ke halaman pengantin perempuan. Dan alat-alat yang di gunakan yaitu peralatan dapur yang memiliki filosofi bagi masyarakat Banyumas itu sendiri yang di sebut “Brenong Kepang” contohnya: Pari, Kuwali, Siwur , Sorok, Muthu dan cirri, Sapu, Kukusan, Centhong, Tampah, Irus, Kendil.
8. Balang-balangan Suruh
Kedua penganten bertemu dan berhadapan langsung pada jarak sekitar dua atau tiga meter, keduanya berhenti dan dengan sigap saling melempar ikatan daun sirih yang diisi dengan kapur sirih dan diikat dengan benang. Ini yang disebut ritual balangan suruh. Kedua penganten dengan sungguh-sungguh saling melempar sambil tersenyum, diiringi kegembiraan semua pihak yang menyaksikan. Menurut kepercayaan kuno, daun sirih punya daya untuk mengusir roh jahat. Sehingga dengan saling melempar daun sirih, kedua pengantin adalah benar-benar pengantin sejati, bukan palsu.
9. Wiji dadi
Penganten pria menginjak sebuah telur ayam kampung hingga pecah dengan telapak kaki kanannya, kemudian kaki tersebut dibasuh oleh penganten putri dengan air kembang.
Pralambang nya : rumah tangga yang dipimpin seorang suami yang bertanggung jawab dengan istri yang baik, tentu menghasilkan hal yang baik pula termasuk anak keturunan.
Pralambang nya : rumah tangga yang dipimpin seorang suami yang bertanggung jawab dengan istri yang baik, tentu menghasilkan hal yang baik pula termasuk anak keturunan.
10. Timbangan
Upacara timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin duduk di pelaminan. Upacara timbangan ini dilakukan dengan jalan sebagai berikut: ayah pengantin putri duduk di antara kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif. Makna upacara timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin dapat selalu saling seimbang dalam rasa, cipta, dan karsa.
11. Kacar-kucur
Caranya pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya. Kantong kain berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil). Makna dari kacar kucur adalah menandakan bahwa pengantin pria akan bertanggungjawab mencari nafkah untuk keluarganya. Raja kaya yang dituangkan tersebut tidak boleh ada yang jatuh sedikitpun, maknanya agar pengantin wanita diharapkan mempunyai sifat gemi, dan hati-hati dalam mengatur rejeki yang telah diberikan oleh suaminya.
12. Dulang-dulangan
Dengan disaksikan orang tua pengantin putri dan kerabat dekat, sepasang pengantin makan bersama, saling menyuapi. Mempelai pria membuat tiga kepal nasi kuning dengan lauknya berupa telor goreng,tempe, kedelai, abon, ati ayam. Lalu ia menyuapkan kepada istrinya, sesudah itu ganti sang istri menyuapi suaminya, diakhiri dengan minum teh manis bersama. Ini melambangkan bahwa mulai saat ini keduanya akan mempergunakan dan menikmati bersama apa yang mereka punyai.
13. Sungkeman
Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah suatu simbol perwujudan rasa hormat anak kepada kedua orangtua.
Sumber: https://kebudayaanindonesia242.wordpress.com/2016/09/12/adat-perkawinan-masyarakat-banyumas/
Komentar
Posting Komentar